Ngebolang edisi Purwokerto


Es Duren Tugu Bancar
Kamis siang 25 Oktober 2012, menyusuri jalur lintas selatan pulau Jawa menggunakan sepeda motor merah mengkilat. Berboncengan dengan Zahrul Mujahid, teman seperjuangan semasa kuliah kami menuju rumah Zahrul di Purwokerto. Dengan lincah sepeda motor tersebut menukik kiri dan kanan melewati beberapa pengendara lain di depan.
Aku memang suka sekali Travelling, tema yang paling kugemari adalah menjelajah alam dan silaturahim. Semenjak kecil aku memang suka mengunjungi rumah teman sekolah berapa jauhpun itu selama masih bisa dijangkau pada kondisi waktu itu. Entah kenapa”kepo” banget mau tahu rumah teman, tapi aku rasa kegemaran ini positif karena bisa mengenal teman kita lebih dekat.
Ide ke Purwokerto ini dituturkan oleh Zahrul yang mengajak saya untuk bersilaturahim ke rumahnya karena memang beberapa waktu lalu saya pernah memintanya untuk mengajak kesana jika dia mau pulang. Akhirnya hal ini direalisasikan saat liburan Idul Adha yang cukup panjang.
Perjalanan ke Purwokerto dari Jogja memakan waktu sekitar 4 jam, setengah jam lebih cepat dari perkiraan si empunya rumah. Katanya sih caraku membawa tunggangan berkapasitas 110cc tersebut cukup cepat hingga ada sebuah confession
“kata Rahmi kita kalo bawa motor sama-sama ngebut, tapi elo lebih aman kayaknya”.
Sampai di tujuan, saya disambut oleh keluarga besar mereka. Yup, Zahrul merupakan anak kedua dari 6 bersaudara, cukup besar bukan? Bahkan ada kejadian unik saat dia mengenalkan adik terakhirnya yang membuat siapapun yang mengenal Zahrul menjadi maklum. Keluarga mereka sangat terbuka dan akrab dengan “orang baru”. Aku dijamu seperti bagian dari keluarga tersebut, bahkan kami buka bersama dalam satu jamuan.
26 Oktober bertepatan dengan 10 Dzulhijah atau hari Idul Adha. Bertempat di aula Kecamatan Berkoh kamu melakukan Sholat Ied dilanjutkan dengan penyembelihan hewan Kurban di pekarangan salah satu tetangga, Warga berkurban 3 ekor sapi dan 1 ekor kambing yang di”bantai” habis dalam 4 jam.
Siang hari setelah sholat Jumuah, kami mulai penjelajahan edisi pertama Purwokerto. Mengunjungi UMP yang memiliki gedung fakultas farmasi yang mirip dengan unit 4 fakultas farmasi UGM, memutari GOR Satria yang biasa digunakan untuk tempat olahraga dan berkumpul muda-mudi, UNSoed yang merupakan Universitas terbesar di Purwokerto, Alun-alun dan masjid Agung, serta Rumah Sakit Prof. Margono yang mempunyai bangunan tua dan sangat luas (bahkan sampai buka cabang). Selesai memutari purwokerto dan berfoto kami pulang dan membuat janji dengan beberapa teman di Purbalingga untuk mengunjungi rumah mereka
27 Oktober, Sabtu pagi dimulai dengan belanja dan menggiling daging sapi yang didapat dari jatah kurban untuk dijadikan bakso. Disini kehangatan sebuah keluarga kembali terasa, semua turun serta untuk membuat bakso disertai selingan canda tawa. Menunggu bakso matang akhirnya kami kesiangan untuk bertolak ke Purbalingga “but, Let’s Get Lost. Bertolak dari Purwokerto pukul 9 lewat 15. Kami menuju Purbalingga, tujuan pertama kami adalah rumah Isti yang berada paling dekat yaitu didekat terminal Purbalingga. Tidak sulit untuk mencari rumah Isti, kami langsung menemukannya pada pencarian pertama. Sekitar 1 jam kami mengobrol ngalor ngidul disertai petuah dari ayah Isti tentang profesi Apoteker.
"Sebagai Apoteker kita tuh masih diselamatkan oleh peraturan"
Sekitar pukul 11 kami bertolak dari rumah Isti menuju rumah Devina (oma), agak susah cari rumah ini karena berada diantara pertokoan, dan karena terletak pada jalan satu arah maka kami harus memutar cukup jauh apalagi jalanan ditutup karena ada suatu event. Setelah berputar-putar akhirnya sampailah kami di rumah oma. Keluarga oma sepertinya terdiri dari pedagang mulai dari ayah, ibu, hingga tantenya. Rumah Devina terletak di belakang toko sehingga harus ada guide untuk bisa kesana. Kami disuguhi “Gecot” dalam bahasa lain semacam ketoprak khas Purbalingga. Selain itu kami juga sudah mengabadikan satu foto disini yang terlihat semacam skandal dan juga dibekali peta asli tulisan tangan dari Oma menuju rumah Ika dan Es Duren Bancar (thank you oma, what a kind of you).
Selesai nih di rumah oma, kita lanjut ke rumah Ika tapi sebelumnya mampir dulu ke Masjid Agung Purbalingga buat sholat dzuhur. Masjid Agung Purbalingga memiliki gaya arsitektur timur tengah yang khas, katanya sih arsiteknya memang didatangkan khusus dari madinah.
Selesai sholat, berbekal peta dari oma kami berangkat ke rumah Ika yang berada di daerah pasar nangka. Di sekitar sana ada taman bermain air atau “Water boom” namanya Owabong. Kayaknya sih cukup terkenal se-Purbalingga dan selalu ramai. Rumah Ika suasananya cukup asri, terletak di pinggir sawah dan banyak pepohonan di sekitar pekarangan rumah. Kebetulan pohon mangganya lagi berbuah jadi bisa memetik mangga sepuasnya tapi sayang masih kurang matang sehingga rasanya masih agak asam (aku sih doyan-doyan aja karena memang suka mangga muda). Di rumah Ika akhirnya aib itu terbongkar, ketika aku dan Zahrul yang pernah di bawah satu atap organisasi bercerita tentang sebuah “skandal” (haha, dasar anak muda zaman sekarang). Dari rumah Ika kami diantarkan ke sebuah desa yang konon katanya cukup terkenal karena suasana mistis. Disana terdapat banyak prasasti yang ditemukan oleh warga disekitar pekarangan rumah. Ada juga masjid kuning yang ternyata warna cat-nya hijau.
Puas jalan-jalan aku mengajak Zahrul untuk mencari es duren, salah satu alasan ke Purbalingga karena pernah mendengar kabar kalo es duren Purbalingga tuh enak abis. Sampai di lokasi penjual es duren di sekitar tugu Bancar, kami semakin yakin kalo es duren ini memang enak karena ramainya antrian pembeli disana. Harga satu porsi es duren yaitu 12ribu rupiah, sebanding dengan rasanya yang woow. Selesai menyantap es duren kami mengakhiri perjalanan berkeliling Purbalingga dan semoga bisa kembali kesana untuk menikmati es durennya lagi.
Hari terakhir di Purwokerto, aku diajak oleh keluarga besar Zahrul berkeliling kota melihat suasana kota Purwokerto pada malam hari yang ternyata cukup ramai. Yupz, sampai jumpa lagi Purwokerto, sampai ketemu Purbalingga. Terima kasih atas keramahan yang telah disajikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Media untuk Menumbuhkan Kesadaran Bangsa

Sheila on 7

Batas minimal 20 menit